Jumat, 17 Februari 2012

My Diary (Part 6)

Hari ini hujan rintik-rintik turun membasahi bumi. Untunglah Icha pergi bersama Papa menggunakan mobil, jadi dia gak keujanan dehh.. Sembari duduk di mobil Vios papanya itu, dia memutar casette di tape, dan kebetulan sekali lagu yang sedang diputar adalah lagu Tinggal Kenangan nya Gaby. Sesaat lagu itu diputar, ia terlihat seperti sedang menerawang jauh ke masa-masa dimana ia masih mengenakan seragam putih biru.



"Ayoo cepetaan jalannya ..! Jadi orang kok lelet banget sihh ..?!" Teriak salah seorang pengurus MOS.

Bruukk ..

"Aduuhh .." Jerit Icha yang terjatuh ke dataran aspal. Kakinya berdarah. Dia pun langsung meneteskan air matanya yang mulai berjatuhan membasahi rok merahnya.

"Ehh, lo tuh bisa pelan-pelan gak sih ..? Dia itu anak didik baru, dan lo tuh udah senior, harusnya lo bisa ngasih contoh yang lebih bagus ke dia. Bukannya malah nyiksa dia kaya gitu ..!" Ucap seorang laki-laki dari balik tubuh Icha. Tentu saja Icha tersentak karena suara laki-laki tersebut yang terbilang cukup keras.

"Bu.. bu.. bukaannyaa.."

"Alahh, gak usah banyak alesan lagi.. Lo gue pindahin ke kelompok 7 !" Belum sempat si pengurus MOS tadi menjelaskan, si laki-laki ini sudah memotong perkataannya terlebih dahulu. Si pengurus MOS tersebut pun kemudian berlalu meninggalkan Icha bersama kepedihan di lututnya. Dengan cepat si laki-laki itu jongkok di depan Icha dan kemudian tersenyum kearahnya.

"Nama gue Steven, lo gapapa kan?" Ucapnya dengan nada suara yang lebih lembut. Tentu saja sangat berbeda dengan nada suara yang dia gunakan untuk memarahi pengurus MOS yang tadi. Sangat berbeda.


"Gapapa, Kak." Jawabnya dengan suara gemetar. Nampaknya luka yang membelenggu di lututnya sangat mendesak Icha untuk meneteskan air mata.

"Kaki lo luka..? Lo ikut gue ke UKS yah.."

"Tapi, kak.."

"Gak pake tapi-tapian. Sini tangan lo, jangan ke-ge-er-an yahh .." Dengan menekankan suaranya pada kata ke-ge-er-an itu, laki-laki yang bernama Steven ini pun langsung mengangkat dan melingkarkan tangan Icha ke lehernya.

Icha pun mendapat sedikit bantuan untuk berjalan. Dengan kaki yang terseret-seret, akhirnya dia sampai di ruang UKS. Saat itu ruang UKS tidak ada yang jaga karena semuanya sedang sibuk dengan acara MOS, jadi Steven lah yang mengobati luka yang tergoreskan di tengkuk Icha. Dengan perlahan, dia menagmbil kapas yang telah direndam dalam air untuk mencuci darah yang melumuri lutut Icha. Dan dengan hati-hati, dia menuangkan obat merah ke lutut Icha.

"Aaaaaaa ...!!" Teriak Icha sekuat-kuatnya.

Steven pun terlonjak dan kemudian dengan cepat ia meniup lutut Icha. Saat Steven sedang meniup lutut Icha, Icha terkesima dengan paras yang dimiliki Steven, dan seketika wajahnya mulai memerah. "Ya ampuun .. Kenapa ada cowo seganteng ini?" Gerutunya dalam hati. Memang, cowo di depannya ini memiliki paras yang dapat menyita perhatian setiap cewe yang meihatnya. Gimana enggak ..? Dia punya mata yang bundar dan indah, memiliki wajah yang terkesan Oriental, berkulit halus dan putih, bahkan tak nampak satupun jerawat yang mantengin wajah mulusnya itu. Jadi wajar saja jika Icha berfikiran seperti itu.

"Udah selesai nihh.." Kata Steven. Ucapannya barusan membuat Icha buyar dari lamunannya.

"Makasih yah, Kak." Ucap Icha kepada Steven. Kemudian, saat dia hendak berlalu, Steven memegang tangan Icha. Icha pun langsung berbalik mengikuti arah kemana tangannya ditarik.

"Kakak..? Kakak mau ngapain..?" Ucapnya setengah teriak karena takut Steven akan melakukan sesuatu padanya.

"Kenapa muka lo jadi merah begitu..? Hahahaha.. Gue cuma mau nanya, nama lo siapa?"

"Na.. Nama aku Icha, Kak." Jawabnya dengan malu-malu.. Kini wajahnya terlihat bagaikan tomat yang sudah benar-benar masak.

"Icha...? Namanya kaya anak kecil banget yahh.. Hahahahaa.. Yaudahdeh kalo udah mau pergi, get well soon yahh .." Tutur Steven dengan suara yang halus.

***
"Chaa..? Ichaa..? Kok kamu malah bengong sih ?" Tanya Papa dengan heran. Icha pun langsung kaget dan kemudian langsung pura-pura mencari barang didalam tas sekolahnya.

"Gapapa kok, Pa. Tadi Icha lagi nginget-nginget, ada barang yang ketinggalan apa enggak .." Jawabnya asal sambil membetulkan resleting tasnya yang tadi dia buka.

"ohh, yaudah.. Udah sampe nih.. Entar kamu pulang sendiri yah.. Soalnya entar Papa ada meeting sama rekan baru Papa." Ucap papanya sambil mengelus-elus rambut anaknya yang lurus panjang sepinggang itu.

"Iya Pa. Udah, tenang ajaa.. Entar aku bisa pulang sendiri kok.." Jawabnya sambil membetulkan posisi tas sekolahnya dan segera membuka pintu mobil. "Aku pergi yah, Pa." Ucapnya sambil menutup pintu mobil.

Dag dig dug ..
Itulah yang sekarang sedang Icha rasakan. Semua semangat yang semula berbondong-bondong mengiringi Icha kini seakan musnah tanpa jejak. Raut wajahnya yang semula memancarkan warna merah merona kini berubah jadi merah padam. Pikirannya mulai melayang lagi kepada kejadian yang kemarin telah datang mengisi lembar hidupnya dihari itu. Tanpa ia sadari, ia telah mengatupkan kedua rahangnya kuat-kuat. Sampai akhirnya ..

Brukk ..!
"Aduhh.." Jerit Icha spontan.

"Ehh, lo lagi .. Jalan yang bener dong .." Ucap cowo yang tadi baru saja bertabrakan dengan Icha. Dari caracowo itu bicarapun sudah dapat ditebak, pasti ituu... Dhika !

"Ehh, lo itu gimana sih ..? Udah jelas-jelas lo yang nabrak gue ..! Gue kan daritadi kaga gerak..!" Bela Icha.

"Nahh.. Justru ituu .. Siapa yang nyuruh lo di tengah jalan..? Lo pikir ini jalanan nenek moyang lo apa ?" Ucap Dhika. Perdebatan seperti ini serasa tiada akhirnya karena mereka berdua sama-sama gak mau kalah ..
Kenapa sih mereka berdua ini..? Kok kaya Tom and Jerry banget..? Ckckckck ..

"Terserah lo dahh .. Gak ada gunanya gua ngomong sama orang yang sakitjiwa kaya lo." Kata Icha dengan nada yang sedikit tajam tapi pelan. Kata-kata Icha itu pun mengakhiri perdebatan mereka. Icha pun langsung bergegas pergi dengan langkah kaki yang disentak-sentakkan ..

Sepanjang jalan menuju lapangan, Icha terus saja ngedumel dalem hati. Dari tadi dia terus-terusan mikirin kenapa bisa ada orang kelewat 'autis' kaya gitu disekolah elite kaya gini ?
kan kesannya jadi kaya seekor monyet di habitat macan .. Iya gakk ?
Icha juga terlihat sangat lelah dengan perkelahian yang selalu dia lakukan SETIAP HARI dengan Dhika. Tentu hal itu membuat Icha jengkel setengah mati. Tapi yah mau gimana lagi ? Udah takdir kali ya ?

Cerita Icha sama Dhika masih panjang lohh .. Ini mah belom ada apa-apanya .. Tapi, berhubung yang jadi penulisnya rada suka angot-angotan  kalo nulis, jadi kalian mesti nunggu part selanjutnya nihh ..
lagian otak yang nulis lagi kaga lancar-lancar amat, jadi tolong dimaklumi yah kalo ceritanya makin lama makin kaga nyambung.. Hehehhe :D
Hmmm.. I think this enough, jadi tolong tunggu Part 7nya yahh ..
Kalo bisa bacanya juga jangan bosen-bosen, Ocree ? :D
Thanks for your time ..






♥ Cen_Poohpy ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar